Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Minggu, 25 Desember 2011

Keliru, Jika Penderita Diabetes Lebih Suka Bubur dan Lontong

Selama ini orang yang terdiagnosa dengan diabetes banyak yang menghindari makan nasi tapi malah makan bubur atau lontong. Perilaku ini keliru karena bubur dan lontong justru lebih cepat menaikkan gula darah ketimbang nasi.

“Bubur dan lontong itu malah lebih cepat menaikkan gula darah ketimbang nasi. Karena semakin makanan mudah diolah pencernaan maka proses pembentukan gula darah akan semakin cepat,” jelas Dr Benny Kurniawan dalam acara Temu Media Siaga 140 di No Signboard Seafood Restaurant, Pasific Place, Jakarta, Kamis (23/12/2010).

Menurut Dr Benny, semakin utuh bentuk makanan maka grafik kenaikan gula darah akan semakin lambat. Sedangkan makanan yang sudah tidak utuh atau sudah diolah seperti bubur dan lontong justru lebih cepat menaikkan gula darah. Makanan yang lama diolahnya (karbohidrat kompleks) itu antara lain gandum utuh, beras merah, singkong, ketela, jagung.

Dr Benny juga mengatakan ada paradigma yang salah yang banyak beredar di masyarakat, salah satunya yang menyebutkan bahwa orang diabetes tidak boleh makan nasi.

“Sebenarnya orang diabetes tetap boleh makan nasi, karena yang penting bukan nggak makan nasinya, tapi total kalori dan total karbohidrat yang ia makan,” lanjut Dr Benny yang merupakan dokter lulusan Fakultas Kedokteran UI.

Orang yang sudah terdiagnosa diabetes biasanya akan dirujuk dokter ke ahli gizi, agar pasien tersebut bisa menghitung jumlah kalori yang ia konsumsi.

“Pasien itu harus bisa jadi dokter itu dirinya sendiri. Pasien juga harus pintar menghitung kalori yang ia masukan ke dalam tubuh. Cara yang mudah adalah dengan carbohydrate counting,” lanjut Dr Benny.

Dr Benny menjelaskan, carbohydrate counting adalah cara untuk menyederhanakan penghitungan kalori yang selama ini dianggap rumit. Pada intinya, untuk penderita diabetes yang terpenting ada penghitungan kalori yang berasal dari karbohidrat.

“Gula darah naik turun itu kan yang utama dipengaruhi oleh karbohidrat, jadi agar mudah menghitung kalori, cukup dengan penghitungan kalori yang berasal dari karbohidrat. Jadi makan nasi sebenarnya sah-sah saja, asal dia pintar menghitung berapa kalori karbohidrat dari nasi tersebut,” kata Dr Benny.

Selain paradigma yang tidak boleh makan nasi, Dr Benny juga menyebutkan paradigma lain yang juga banyak beredar di masyarakat, yaitu anak gemuk yang terlihat lucu dan menggemaskan.

“Ya memang tampak lucu, tapi anak yang gemuk sejak kecil akan berpotensi besar mengalami diabetes di usia dini. Di Jakarta dan kota-kota besar orang mengalami diabetes dini sangatlah mungkin,” jelas Dr Benny.

Gaya hidup yang serba instan, sering makan makanan cepat saji, jarang bergerak merupakan faktor penting yang dapat membuat seseorang menderita diabetes, tak terkecuali orang yang masih muda.

“Dulu tren orang terkena diabetes di atas usia 40 tahun, tapi sekarang di bawah usia 35 atau bahkan di usia kepala dua juga bisa kena diabetes. Penyebabnya karena anak dibiarkan kegemukan atau bahkan obesitas sejak kecil, akhirnya pas remaja dia bisa kena pre-diabetes dan bila tidak segera diatasi bisa kena diabetes seumur hidup,” tutup Dr Benny.

Sumber: detikhealth.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar